Pintar Bergaul dan Jago Berhitung
[clickToTweet tweet=”‘Good with numbers, good with people'” quote=”‘Good with numbers, good with people'”]
Kutipan dari Film Pursuit of Happyness ini menjadi salah satu kesukaan saya.
Chris Gardner (Will Smith) tertarik untuk mencoba peluang bekerja sebagai broker saham. Setelah letih menyambung hidup dengan menjadi sales freelance alat pemindai ketebalan tulang, dia pun nekat melamar di salah satu pialang saham.
Sebagai seorang ayah, Chris memiliki impian untuk membahagiakan putranya. Dan kita tahu, betapa Chris berjuang sampai titik nadir untuk hal tersebut.
Nah, di salah satu adegan tepat sebelum Chris memutuskan untuk melamar sebagai broker saham tersebut, dia bertanya apa syaratnya…
“Good with numbers, good with people” begitu jawab staff senior.
Harus pintar dengan angka dan luwes dalam berhubungan dengan orang lain.
Jago hitung-hitungan tapi kurang pandai bergaul, maka hal itu tidak akan banyak berguna. Hidup kurang bahagia karena dihabiskan untuk bekerja tanpa membangun koneksi yang dalam dengan orang lain.
Pandai bergaul tapi tidak dibarengi dengan kemampuan finansial yang baik…bisa berakhir bekerja seumur hidup sebagai sales (atau jenis pekerjaan apa pun) sekedar untuk bertahan hidup.
Perpaduan yang harmonis antara 2 kemampuan ini adalah salah satu ilmu untuk menjalani kehidupan ini dengan sukses.
Pintar Ngitung = Melek Finansial
Untuk melek finansial tidak perlu jadi seorang peserta olimpiade matematika, yang penting menguasai cara dasar menghitung. Dan tahu kemana perginya uang kita.
Definisi melek finansial sesungguhnya buat saya adalah…menguasai cara untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak dengan waktu dan tenaga yang sama…bahkan lebih sedikit.
Karena suatu saat, tenaga dan waktu kita akan habis… tapi kebutuhan hidup jalan terus.
Maksudnya?
Hanya dengan menguasai kemampuan mengelola keuangan, maka kita akan terhindar dari mengambil resiko yang tidak perlu.
Dan pada waktu yang sama memampukan kita untuk menemukan dan membuka pintu peluang (dalam bentuk tawaran investasi, kerja sama bisnis, dll) tanpa takut tertipu.
Dengan banyak membaca dan bertanya kita bisa mengetahui istilah-istilah keuangan dan maknanya, serta belajar mengambil resiko untuk menginvestasikan uang kita dalam bentuk bisnis atau produk keuangan (saham, reksa dana, dll).
Pintar Bergaul = Jago Jualan
Tahukah Anda di mana uang yang Anda butuhkan saat ini?
Suka tidak suka, setiap uang yang kita butuhkan saat ini dan nanti, sedang berada… di dompet orang lain. Dan jualan adalah cara untuk memindahkan uang tersebut, dari dompet mereka ke dalam dompet Anda.
Masalahnya, ada banyak orang yang alergi ketika mendengar kata jualan. Karena jualan sering diartikan memaksa orang lain, untuk mengejar uangnya saja.
Ya, kita sama-sama tahu…bagaimana rasanya ditawarin temen yang sudah lama gak ketemu untuk ikutan MLM atau asuransi.
Rasanya canggung kan? Mau nolak gak enak, mau ikutan juga malas.
Tidak sedikit yang mengalami hubungan jadi renggang setelah ‘dipaksa’ ikut MLM atau join asuransi.
Hal itu membuat kata ‘jualan’ memiliki konotasi yang kurang enak di telinga pendengarnya. Di sisi lain, ditolak ketika berjualan juga tidak enak.
Masih ingat bagaimana kita mendapatkan es krim atau mainan kesukaan kita waktu kecil dulu? Dengan meminta kepada orang tua kita.
Dan bagaimana kalau mereka menolak?
Menangis? Merengek? atau bernegosiasi?
Tanpa sadar kita telah belajar rasanya ditolak dan kadang hal itu membekas sampai saat ini.
Masalahnya, rasa sakit karena ditolak itu harus ditelan bulat-bulat karena…(jangan lupa klik untuk tweet).
[clickToTweet tweet=”Setiap orang hanya bisa bertahan hidup dengan menjual sesuatu.” quote=”Setiap orang hanya bisa bertahan hidup dengan menjual sesuatu.”]
Lihat, Dekat, Pikat, Ikat dan Sikat
Dan inilah jurus jualan.
Saya suka sekali 5 Jurus Maut Penjualan yang ditulis oleh TMM Habibie pemilik Sarang Madu. Menurut beliau, jualan itu sebenarnya menjalankan 5 jurus secara berulang-ulang dan menjadikannya kebiasaan.
Apakah 5 jurus itu?
Lihat
Langkah pertama jualan sebenarnya mirip-mirip dengan langkah untuk mencari gebetan.
Beneran!
Apa kriteria Anda untuk pasangan ideal? Hidung mancung, kulit putih mulus, kaya, dari keluarga baik-baik?
Istilahnya bibit, bebet dan bobot. Balik ke jualan, ketika kita mau menentukan target market maka sebaiknya kita melihat:
- Budget: Apakah orang yang kita prospek memiliki dana untuk membeli produk atau jasa kita?
- Authority: Apakah dia yang mengambil keputusan atas uang yang dimiliki? Sering kan dengar alasan “saya tanya istri dulu ya…” Maka jawaban kita seharusnya, “Oh tentu, yuk kita tanya sama-sama!”
- Need: Butuh nggak sih dia akan produk kita?
Dekat
Setelah mantap menentukan target market. Maka langkah selanjutnya adalah mendekatinya.
Bukan untuk modus ya…
Oke…oke… hampir setiap kita pernah diajak bertemu oleh teman dan (sayangnya) ujung-ujungnya langsung ditawari bergabung atau membeli sesuatu, kan?
Rasanya agak gimana gitu. Kayak ada sepet-sepetnya.
Padahal saya tuh senengnya dibuat merasa dekat dan didengarkan terlebih dahulu sebelum ditawari produk apa pun.
Daripada langsung nembak, alangkah baiknya kalau pedekate dulu kan ya?
Biasanya orang pedekate itu awal-awalnya jaim (jaga image), jaga perasaan dan menggali informasi mengenai kebutuhannya akan kasih sayang…lalu mengeluarkan segenap kemampuan untuk membuat dia selalu ingat akan kita.
Karena masa depan keturunan kita bergantung pada kemampuan kita untuk pedekate.
Dan kalau ngomong soal jualan, hal itu berarti banyaknya uang yang kita dapat bergantung pada kemampuan kita untuk pedekate kepada calon pelanggan.
Pikat
Pernah denger istilah jualan = jago ngomong (doang)?
Nggak salah sih. Tapi ngga sepenuhnya bener juga…
Salah satu cara memikat calon pasangan atau pelanggan adalah dengan mendengarkan sepenuh hati.
Dan untuk mendengar secara efektif, kita harus mengasah sebuah kemampuan. Kemampuan untuk bertanya.
Bukan sekedar bertanya, tapi mengajukan pertanyaan yang benar.
Ketika kita bertemu dengan orang yang pintar bertanya, tanpa sadar kita membagikan setiap informasi yang dia butuhkan…dengan senang hati.
Siapa yang tidak senang dengan orang yang tertarik untuk mendengarkan kita, secara tulus? Bukankah dengan demikian dia telah memikat hati kita?
Ikat
Ya betul!
Setelah pedekate, kita perlu mengikat komitmen pasangan kita… supaya dia nggak kabur ke lain hati.
Kalau Anak ABG istilahnya “nembak”.
Nembak bagi kebanyakan anak ABG adalah masa-masa penuh kecemasan. Keringat dingin dan deg-degan menghiasi hari-hari sebelum hari-H.
nembak…jangan…nembak…jangan.
Di dalam pikirannya, kemungkinan ditolak adalah yang terburuk.
“gimana nasib gue kalau sampai ditolak”…seakan dunia runtuh dan berakhir… kalau sampai ditolak sama gebetan yang wajah imutnya mengalahkan keimutan seluruh anggota JKT48 digabung sekalipun.”
Dalam kamus jualan, istilahnya “closing”.
Kalau nggak closing, ya… dying!
Karena biasanya kalau kita ‘nembak’ calon pembeli biasanya mereka akan bilang:
“nanti gue kabarin yah…”
“tunggu gajian ah”
“gue tanya istri/suami dulu”
dan berbagai alasan lainnya…kalau kita gak terlatih untuk menghadapi pedihnya ditolak ketika nembak…bisa-bisa kita gelagapan.
Tapi sejago apa pun kemampuan kita untuk pedekate dan nembak gebetan, semua akan percuma kalau kita tidak menguasai jurus terakhir.
Sikat
Mendengar kata “sikat” waktu membaca 5 Jurus Maut Penjualan, saya sempat mengira maksudnya adalah, “ayo kita sikat duit pelanggan”.
Ternyata saya salah besar. “Kata “sikat” di sini memiliki arti yang lebih mulia.
Izinkah saya menjelaskan…
Setelah makan atau bangun tidur maka gigi kita perlu disikat kan? Kalau sepatu kotor, maka perlu kita sikat.
Ya benar, Sikat = Merawat.
Merawat hubungan dengan pelanggan adalah salah satu kegiatan yang memberikan imbal hasil paling berarti. Karena lebih susah mendapatkan pelanggan baru, daripada membuat pelanggan lama membeli kembali.
Tapi kalau kita sampai lupa merawatnya…jangan harap pelanggan mau setia.
[clickToTweet tweet=”Adalah tanggung jawab Anda untuk membuat pelanggan tidak punya alasan untuk melupakan Anda.” quote=”Bukan tanggung jawab pelanggan untuk mengingat Anda. Adalah tanggung jawab Anda untuk membuat pelanggan tidak punya alasan untuk melupakan Anda.”]
Filosofi Mata Uang Cina
Saya akan tutup postingan kali ini dengan menunjukkan kepada Anda gambar sebuah uang kuno Cina.
Cina terkenal dengan filosofi kehidupan.
Seni berperang ala Sun Tzu sudah melewati beberapa generasi untuk bisa nangkring di rak toko buku modern kan? (saya taunya cuma “kenali dirimu, kenali musuhmu…kenalan deh…mungkin setelah itu gak jadi berantem”)
Dan tentang kesuksesan finansial yang langgeng, filosofi koin Cina ini saya rasa cukup mewakili.
Begini bunyinya:
“Ketika berhadapan dengan urusan uang, pekerjaan dan tugas… jadilah seperti kotak: kaku, saklek dan tegas.
Tetapi ketika tiba saatnya berurusan dengan sesamamu manusia, jadilah fleksibel, santai dan luwes tapi memiliki ketetapan hati yang tak tergoyahkan seperti halnya lingkaran.”
Apakah kamu setuju dengan filosofi tersebut, atau punya filosofi sendiri? Ayo bagikan di kolom komentar.